Bonjour! Hello and welcome to my blog I'm Stefanie and I put my thoughts here Enjoy! :) Tagboard Basecode : PikaChan Best viewed in Mozilla and Google Chrome |
Beautiful Plan
Matahari belum menampakkan dirinya, namun seorang
lansia ini sudah bangun dan terlihat sibuk. Usia yang sudah lanjut bukan
menjadi alasan dirinya untuk diam saja di rumah. Setiap hari, dirinya bangun
pukul empat dan menyibukkan diri, entah di dapur, entah di luar rumah,
dimanapun ia bisa menghabiskan waktunya. Kesepian, mungkin hal itu yang
menggambarkan dirinya saat ini, setelah ditinggal pergi oleh pasangannya 18
tahun yang lalu akibat penyakit stroke, kesehariannya berubah. Ia selalu menyibukkan
dirinya dan terkadang terlihat melamun pada siang hari saat semua pekerjaan
rumah sudah diselesaikannya. Serodjawati, nama itulah yang memiliki semangat
hidup yang tinggi. Ketegarannya dalam menghadapi hidup semakin terbukti ketika
ia menghadapi sebuah penyakit mematikan.
Akhir November 2013
Seperti biasa dirinya bangun pagi untuk menyibukkan
diri di dapur dengan pekerjaan rumahnya, tapi tiba-tiba suara barang terjatuh
terdengar keras. Anaknya kaget dan menghampirinya di dapur, ia kelihatan
bingung dan lidahnya menjulur keluar, kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya
tidak dapat dimengerti, aneh. Panik, anaknya menelpon saudaranya dan berusaha
meminta pertolongan. Memang hal ini sudah sering terjadi, Lily panggilan akrab
dari Serodjawati mempunyai penyakit hipotensi dan sering terjatuh jika
kecapekan, namun tidak seperti hari itu, biasanya setelah terjatuh dan
didudukkan sebentar, dirinya kembali pulih dan dapat berbicara kembali seperti
sedia kala. Tak kunjung mendapat jawaban dari saudaranya, Devita anak bungsu
Lily menelpon saudara tertuanya, dan akhirnya mereka bersama-sama membawa Ibu
mereka ke Rumah Sakit International Surabaya. Meskipun masih lemah, Lily masih
memaksakan diri untuk berjalan masuk ke rumah sakit. Setelah menunggu sekian
lama dan diperiksa, dirinya di diagnosis terkena penyumbatan pada otak kirinya
yang mengakibatkan kelumpuhan pada otak dan motorik sebelah kanan, sehingga
Dokter menyarankannya untuk opname.
Lily terlihat melawan ketika jarum infus ditusukkan
ke tangannya, dirinya memang sering terjatuh akibat tekanan darahnya yang
rendah, namun ia tidak pernah mau untuk dibawa ke rumah sakit. Malam pertamanya
bermalam di rumah sakit dihabiskannya dengan diam melamun dan tidak mau makan
sedikitpun, sesekali terlihat matanya berlinang air mata. Ketika tidak ada
pihak keluarga yang menjaga, dirinya mencoba melepas infus yang menancap di
tangannya, sampai pihak rumah sakit kewalahan menjaganya.
Pada hari kedua mulai ada perkembangan, dirinya mau
disuapi makanan walau hanya sedikit, mungkin ia lapar karena semalaman tidak
makan. Pihak keluarga bergantian menjaganya, karena mereka takut kalau
Ibu/Nenek mereka itu kembali melepas infusnya. Beberapa hari kemudian, ia mulai
bisa bicara, walau memang kata-kata yang dikeluarkannya tidak dapat dimengerti
oleh pendengar. Namun karena Dokter menyarankan kalau Lily harus sering diajak
bicara, jadi pihak keluarga menurut saja, menjawab seadanya seakan-akan
mengerti perkataannya. Karena otak dan motorik sebelah kanannya mengalami
kelumpuhan, ia tidak bisa berbicara seperti layaknya orang normal, dan ia tidak
menangkap apa maksud yang dikatakan oleh orang lain.
Delapan hari setelah opname, pihak keluarga
mendatangkan Romo untuk memberikan sakramen perminyakan pada Lily. Menurut
agama Katolik, Sakramen Perminyakan diberikan ketika seseorang mengalami sakit
parah atau menjelang ajalnya. Memang setelah masuk rumah sakit, kondisinya
tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Pada hari ke sepuluh, pihak
keluarga memutuskan untuk membawa Lily pulang, dikarenakan biaya rumah sakit
yang sudah membengkak dan kondisi yang tak kunjung membaik.
Pihak keluarga tak henti-hentinya merawat Lily,
bergantian datang, menyuapi makan, mengajak bicara serta mendoakan Ibu atau
Nenek mereka. Tepat pada tahun baru 2014, mujizat seakan terjadi, saat anaknya
bangun untuk mengecek Ibunya, tiba-tiba ia sudah tidak ada di tempat tidurnya
dan ternyata ia ada di teras rumah, sedang duduk-duduk santai. Itu berarti
dirinya sudah bisa berjalan, meskipun masih perlahan-lahan karena setelah
dibawa pulang dari rumah sakit, dirinya tidak bisa berjalan dan hanya tiduran
saja di tempat tidur. Pada hari itu juga, pihak keluarga mengajaknya untuk
makan siang di sebuah restoran, karena memang sepertinya ia butuh udara segar.
Ia sangat senang, berbicara terus meskipun memang maksud pembicaraannya belum
dimengerti oleh orang lain. Namun hal itu adalah sebuah kemajuan, memang tangan
Tuhan bekerja dalam setiap umat-Nya.
Hari demi hari, kondisinya semakin membaik. Ia sudah
bisa mengingat memori- yang ada memori dulunya, menanyakan kepada cucunya apakah
tidak berangkat sekolah, terkadang juga marah-marah karena tempat tidur yang
berantakan. Namun dibalik semua kecerewetan itu, memang hal itulah yang
dirindukan oleh pihak keluarga, dibalik kemarahannya itu juga yang dirindukan
oleh keluarga juga karena pada waktu ia sakit, hal-hal tersebut seakan hilang.
Hari ini, Juni 2014. Nenek kami sudah bisa tertawa
seperti dahulu, bercerita tentang kehidupannya meskipun kadang juga tidak bisa
dimengerti. Namun kebiasaan-kebiasaan lamanya sudah kembali, seperti merapikan
tempat tidur, mencuci piring, jalan-jalan di mall, mengomel kalau cucunya
nakal, menanyai kapan kami pulang, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Hikmah dari
peristiwa ini adalah pada akhirnya kami sekeluarga bisa saling mendekatkan diri, kami sangat bersyukur atas hal itu, dan semoga keadaan nenek kami
terus membaik dari hari ke hari. Thank You, God! (stf)
Labels: family♥, juon, university Go to older posts |
Go to newer posts